Potret Politik Identitas dan Polarisasi Masyarakat dalam Pemilu 2024

**Potret Politik Identitas dan Polarisasi Masyarakat dalam Pemilu 2024** di Indonesia menyoroti kekhawatiran terhadap meningkatnya penggunaan politik identitas dan dampaknya terhadap polarisasi sosial di masyarakat. Politik identitas, di mana isu-isu seperti agama, etnisitas, dan kelompok sosial digunakan sebagai alat kampanye, kembali menjadi sorotan dalam menjelang Pemilu 2024. Fenomena ini terlihat semakin dominan dalam kampanye politik dan persaingan antara calon presiden, partai politik, serta kelompok pendukung mereka.

### **Politik Identitas di Pemilu:**
Politik identitas sering kali digunakan untuk meraih dukungan dari kelompok-kelompok tertentu, terutama di negara yang memiliki keragaman budaya dan agama seperti Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, agama telah menjadi faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat, terutama setelah Pemilu 2019 yang memperlihatkan bagaimana isu agama digunakan untuk membangun basis pendukung.

Pemilu 2024 dikhawatirkan akan mengulangi pola yang sama, di mana narasi yang berfokus pada identitas agama atau etnisitas digunakan untuk menggerakkan basis pemilih. Ini berpotensi memperdalam perpecahan di masyarakat, di mana berbagai kelompok menjadi semakin terpolarisasi berdasarkan afiliasi agama atau politik mereka.

### **Dampak Polarisasi Sosial:**
Polarisasi yang meningkat akibat politik identitas bisa berdampak negatif pada kohesi sosial di Indonesia. Polarisasi ini dapat memicu ketegangan antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda keyakinan atau pandangan politik. Sebagai contoh, pada Pilpres 2019, terlihat adanya polarisasi antara kubu pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto, yang menciptakan friksi sosial dalam masyarakat hingga jauh setelah pemilu berakhir.

Pada Pemilu 2024, dinamika yang sama mungkin terjadi dengan munculnya kandidat-kandidat yang memiliki basis dukungan yang kuat dari kelompok agama tertentu. Polarisasi politik juga berpotensi diperparah dengan penggunaan media sosial yang sering kali menjadi platform penyebaran informasi yang bias atau bahkan hoaks, memperburuk ketegangan sosial.

### **Upaya Menjaga Persatuan:**
Beberapa tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat sipil telah menyuarakan keprihatinan mengenai potensi bahaya politik identitas dan menyerukan pentingnya menjaga persatuan nasional. Usaha untuk meningkatkan literasi politik dan membangun kesadaran akan pentingnya memilih berdasarkan program dan visi calon, bukan berdasarkan identitas, telah diupayakan oleh berbagai pihak.

### **Kesimpulan:**
Politik identitas dalam Pemilu 2024 kemungkinan besar akan tetap menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi dinamika politik Indonesia. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menjaga persatuan di tengah keragaman dan mencegah terjadinya polarisasi yang dapat memecah belah masyarakat. Pemilu yang sehat seharusnya lebih mengutamakan debat mengenai kebijakan dan visi pembangunan, bukan berdasarkan identitas kelompok.

Referensi:
– Laporan dari Komnas HAM mengenai penggunaan politik identitas dalam Pemilu.
– Berbagai kajian tentang politik identitas di Indonesia.